BANGUN PENDIDIKAN - Mungkin tidak sedikit orang tua yang akan bangga dengan kemampuan membaca, menulis, berhitung (calistung). Mereka percaya bahwa anak-anak yang diajarkan keterampilan calistung sejak usia dini lebih pintar dari teman sebayanya.
Selain itu, kini semakin banyak sekolah dasar yang menjadikan calistung sebagai salah satu syarat meskipun hal itu dilarang.
Orang tua yang khawatir anaknya tidak bisa bersekolah di SD favorit mengakibatkan para orang tua berlomba-lomba untuk mengajari anaknya calistung. Salah satu yang dilakukan adalah memasukkan anaknya ke playgroup atau TK yang menjamin balita menjadi mahir calistung.
Mengajar calistung pada usia dini mungkin akan terlihat lebih mudah dan menyenangkan jika minat membaca dan menulis anak sudah berkembang sejak usia dini. Namun faktanya, sebagian besar anak akan sudah benar-benar siap belajar membaca dan menulis sejak usia lima tahun.
Jenjang PAUD tidak seharusnya membebani anak dengan keterampilan calistung. Kemampuan calistung ini baru boleh diajarkan di tingkat sekolah dasar.
Pendekatan PAUD harusnya berdasarkan pada aspek motorik daripada aspek kognitif. Perkembangan anak usia 0 sampai 5 tahun masih terfokus pada sisi motorik, sehingga metode pembelajaran perlu menekankan pada pengembangan soft skill melalui bermain.
Bagaimanapun, anak usia dini adalah masa bagi anak untuk menghabiskan waktu dengan bermain. Memaksa anak untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin mereka lakukan akan dapat menyebabkan pengalaman yang tidak menyenangkan dan bahkan pada akhirnya muncul penolakan.
Banyak orang tua yang tidak memilih PAUD yang akan memberikan dampak positif bagi tumbuh kembang anaknya, namun justru memilih PAUD yang hasilnya bisa membanggakan orang tua. Yang akan terjadi malah membuat anak itu menjadi stress di usia dini.
Jika terlalu terkonsentrasi untuk mengajarkan calistung pada usia yang sangat dini, anak-anak didorong untuk belajar pada usia ini dan tidak berkembang secara alami, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk membangun fondasi yang kuat dan tumbuh secara alami.
Misalnya, banyak orang tua merasa bahwa anak-anak mereka tidak perlu merangkak untuk waktu yang lama dan mendorong mereka untuk berjalan. Atau bahkan anak tidak harus dirangsang dengan keterampilan motorik halus seperti merangsang keterampilan tangan atau belajar menulis anak secara langsung.
Akibatnya, ada anak yang sudah berusia 6 tahun tetapi anak tersebut tidak pandai menulis atau ia tidak dapat menulis dalam jangka waktu yang lama karena tangannya cepat lelah.
Kemampuan merangkak pada anak sebenarnya memberikan banyak stimulasi untuk anak-anak, seperti meningkatkan konsentrasi, penglihatan, koordinasi, dan kekuatan tubuh.
Namun, jika dilakukan dengan buru-buru atau menggunakan alat bantu jalan ataupun ditatah, anak-anak ini dapat kehilangan kesempatan untuk menerima stimulasi yang sesuai.
Bermain yang terarah merupakan landasan penting yang mendukung kesempurnaan keterampilan belajar di masa depan.
Anak-anak juga harus diberi waktu untuk perkembangan alami dan waktu yang cukup untuk bermain secara terarah. Yang terpenting, anak sedang membangun fondasi yang kuat dan otaknya distimulasi secara optimal sehingga siap menghadapi tantangan di sekolah.