BANGUN PENDIDIKAN - Fabel adalah cerita tentang kehidupan hewan yang berperilaku menyerupai manusia. Fabel adalah cerita fiksi atau khayalan belaka. Kadang kala fabel memasukkan karakter minoritas berupa manusia.

Cerita fabel juga sering disebut cerita dongeng bermoral karena mengandung pesan yang berkaitan dengan moral. Setelah mengetahui pengertian fabel , ciri dan jenis – jenisnya. Berikut ini penulis akan memberikan contoh – contoh fabel beserta pesan moralnya. Simak di bawah ini ya.

1. Fabel Ayam Jantan yang Cerdik dan Rubah yang Licik

(Foto: ceritadongengindonesia.blogspot.com)

Suatu senja saat matahari mulai tenggelam, seekor ayam jantan terbang ke dahan pohon untuk bertengger. Sebelum dia beristirahat dengan santai, dia mengepakkan sayapnya tiga kali dan berkokok dengan keras. Saat dia akan meletakkan kepalanya di bawah sayap-nya, mata nya menangkap sesuatu yang berwarna merah dan sekilas hidung yang panjang dari seekor rubah.

"Sudahkah kamu mendengar berita yang bagus?" teriak sang Rubah dengan cara yang sangat menyenangkan dan bersemangat.

"Kabar apa?" tanya sang Ayam Jantan dengan tenang. Tapi dia merasa sedikit aneh dan sedikit gugup, karena sebenarnya sang Ayam takut kepada sang Rubah.

"Keluargamu dan keluarga saya dan semua hewan lainnya telah sepakat untuk melupakan perbedaan mereka dan hidup dalam perdamaian dan persahabatan mulai dari sekarang sampai selamanya. Cobalah pikirkan berita bagus ini! Aku menjadi tidak sabar untuk memeluk kamu! Turunlah ke sini, teman, dan mari kita rayakan dengan gembira."

"Bagus sekali!" kata sang Ayam Jantan. "Saya sangat senang mendengar berita ini." Tapi sang Ayam berbicara sambil menjinjitkan kakinya seolah-olah melihat dan menantikan kedatangan sesuatu dari kejauhan.

"Apa yang kau lihat?"tanya sang Rubah sedikit cemas.

"Saya melihat sepasang Anjing datang kemari. Mereka pasti telah mendengar kabar baik ini dan -"

Tapi sang Rubah tidak menunggu lebih lama lagi untuk mendengar perkataan sang Ayam dan mulai berlari menjauh.

"Tunggu," teriak sang Ayam Jantan tersebut. "Mengapa engkau lari? sekarang anjing adalah teman-teman kamu juga!"

"Ya,"jawab Fox. "Tapi mereka mungkin tidak pernah mendengar berita itu. Selain itu, saya mempunyai tugas yang sangat penting yang hampir saja saya lupakan."

Ayam jantan itu tersenyum sambil membenamkan kepalanya kembali ke bawah bulu sayapnya dan tidur, karena ia telah berhasil memperdaya musuhnya yang sangat licik.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng ayam jantan yang cerdik dan rubah yang licik ini adalah

Pesan moral : Janganlah kita menipu orang lain, jadilah cerdik tetapi tidak licik.

2. Fabel Anak Musang yang Tidak Sabar

(Foto: dongengceritarakyat.com)

Anak Musang baru terbangun dari tidurnya. Perutnya Keroncongan, menandakan ia lapar.  Ia pun segera mencari makanan di dapur. Namun, ia tidak menemukan apa pun disana.

Sementara itu, Ayah Musang sedang duduk diam di samping rumah. 

“Ayah, kenapa tak ada makanan? Aku sangat lapar,” rengek Anak Musang setelah menghampiri ayahnya.

“Penduduk di kampung sedang berkeliaran memburu kawanan kita, anakku. Kemarin ada yang melakukan buruan besar-besaran, jadi Ayah tak berani keluar. Ayah takut diburu mereka”, Jawab Ayah Musang.

“Lalu bagaimana, Ayah? Aku sudah sangat lapar,  balas Anak Musang.

Ayah Musang pun berpikir. “Bagaimana jika kita memancing di sungai? Itu jauh lebih aman, daripada memburu ayam di perkampungan”.

Anak Musang terlihat malas. Daging ikan tak seenak daging ayam. Belum lagi, ia harus menunggu lama saat memancing. Namun, karena perutnya sudah sangat Iapar, mau tak mau Anak Musang mengikuti ayahnya ke sungai.

Dugaan Anak Musang benar. Mereka sudah menunggu lama di sungai, tapi tidak ada satu pun ikan yang tersangkut di kail. Perut Anak Musang semakin keroncongan.

“Ayah, aku sudah sangat lapar!” seru Anak Musang.

“Bersabarlah, Nak,” ucap Ayah Musang, menenangkan anaknya yang merengek terus.

“Sampai kapan aku harus sabar? Perutku sakit. Kita mencari ayam di kampung penduduk saja, itu jauh lebih cepat. Ayolah,Ayah!” pinta Anak Musang.

Tanpa seizin ayahnya, Anak  Musang melesat pergi dari sungai dan menuju perkampungan penduduk.

Sesampainya di perkampungan penduduk, Anak Musang melihat ayam yang sedang berkeliaran bebas. Tanpa membuang waktu, Anak Musang langsung menerkam ayam tersebut.Tapi, tiba-tiba...

Hap!

Olala, Anak Musang terjebak dalam jaring. Rupanya, ayam itu sengaja dijadikan umpan untuk menangkap musang. Sekarang, akibat ketidaksabaran Anak Musang, ia pun tertangkap oleh penduduk.

Pesan moral: Belajarlah bersabar untuk kebaikan kita sendiri.

3. Fabel Gajah dan Semut

(Foto: dongengceritarakyat.com)

Matahari siang itu bersinar amat terik. Para koloni semut memilih untuk tinggal di rumah. Mereka ingin bersantai sambil menikmati persediaan makanan.

Tiba-tiba, bumi terasa seperti bergoyang. Koloni semut pun panik.

“Gempa bumi! Gempa bumi!!” teriak semua semut. Mereka berbondong-bondong keluar dari sarang mereka yang berada di dalam tanah.

Namun begitu keluar, mereka kaget. Rupanya, ada kawanan gajah yang sedang mencari makan di sana. Ya! Tadi bukan gempa bumi, melainkan ulah gajah-gajah itu. Melihat hal itu, ketua koloni semut marah.

“Hai, Gajah. Pergilah dari sini! lni daerah kami!" seru ketua koloni semut.

“Hahaha! Apa kau bercanda, Semut Kecil? Hutan ini milik umum, jadi siapa pun boleh ke sini,” jawab ketua kawanan gajah.

“Tapi, kami lebih dulu tinggal di tempat ini!" balas ketua koloni semut.

Namun, kawanan gajah tak peduli. Mereka menganggap semut hanyalah binatang kecil. Kawanan gajah pun melanjutkan makan. Mereka bahkan tak segan-segan sampai menghancurkan rumah koloni semut. Akibatnya, koloni semut harus berlari tunggang-langgang agar tak terinjak kawanan gajah.

Malam harinya, setelah kawanan gajah pergi, koloni semut kembali ke rumah mereka. Mereka pun berkumpul.

“lni tidak bisa dibiarkan. jika terus seperti ini, bisa-bisa kawanan gajah menguasai tempat kita,” protes Salah satu semut. Semua semut setuju.

“Ah! Bagaimana jika kita bicara baik-baik dengan mereka? jika tidak berhasil, barulah kita menyerang mereka,” ucap ketua koloni semut.

Semua semut tertegun ragu. Mana mungkin tubuh kecil mereka dapat melawan para gajah yang besar. Tapi, ketua koloni semut berhasil meyakinkan koloninya. Koloni semut pun menyusun rencana untuk mengalahkan kawanan gajah.

Esoknya, kawanan gajah kembali datang. Ketua koloni semut menghadang, hendak berbicara baik-baik. Sayang, kawanan gajah tak mau.

Akhirnya, koloni semut menyerang kawanan gajah. Koloni semut menyerang bagian dalam gajah-gajah itu, seperti belalai dan telinga mereka. Kulit luar gajah memang keras, tapi tidak dengan kulit bagian dalam mereka. Ketika para semut menggigit kulit bagian dalam, semua gajah kesakitan dan terjatuh.

Saat itulah, kawanan gajah sadar bahwa meskipun kecil, semut tak bisa diremehkan. Buktinya, kini mereka kalah melawan semut.

Pesan moral: Kawan, yang terlihat kecil bukan berarti tak kuat. Jadi, jangan meremehkan seseorang hanya dari fisiknya.

4. Fabel Semua Istimewa

(Foto: dongengceritarakyat.com)

Ulu, seekor Katak Hijau, sedang berdiri di pinggir kolam. Hari itu langit sangat gelap dan hari seperti itulah yang Ulu sukai. Tidak lama kemudian, air mulai menetes perlahan-lahan dari angkasa.

“Hujan telah tiba!” Ulu berteriak dengan girang. Ulu pun mulai bersenandung sambil melompat-lompat mengitari kolam. Ia melihat Semut yang kecil sedang berteduh di balik bunga matahari.

“Wahai Semut, hujan telah tiba jangan bersembunyi!” seru Ulu kepada Semut yang sedang berusaha keras menghindari tetesan air hujan.

Semut menghela napas dan menatap Ulu dalam-dalam, “Ulu, aku tidak suka dengan hujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak bisa berenang sepertimu, makanya aku berteduh,” sahut Semut.

“Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! Aku sejak masih berudu sudah bisa berenang, masa kau tidak bisa? Berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu,” Ulu menjulurkan kakinya, “dan tendang ke belakang seperti ini! Ups, maaf, kakimu kan pendek.”

Sambil tertawa, Ulu melompat meninggalkan Semut.

Semut hanya bisa menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak dapat berenang karena ia berjalan. Ulu kembali berseru, “Hujan telah tiba! Hujan telah tiba! Oh, hai Ikan! Aku sangat suka dengan hujan, bagaimana denganmu? Ulu berhenti di pinggir kolam dan berbicara kepada Ikan yang sedang berenang di dalam kolam. Ikan mendongakkan kepalanya ke atas dan berbicara kepada Ulu.

“Aku tidak dapat merasakan hujan, Ulu. Lihatlah, aku tinggal bersama air. Bagaimana caranya aku dapat menikmati hujan seperti kamu, Ulu?” Ikan pun kembali berputar-putar di dalam kolam.

“Hah! Sedih sekali hidupmu Ikan! Seandainya kamu seperti aku, dapat hidup di dalam dua dunia, darat dan air, mungkin kamu akan dapat merasakan kebahagiaan ini. Nikmati saja air kolammu, sebab kamu tidak akan dapat pernah merasakan rintikan hujan di badanmu!”

Apa yang Ulu katakan sangat menusuk hati Ikan. Ikan menatap ke arah tubuhnya yang bersisik, lalu menatap ke arah tubuh licin Ulu. Ikan yang bersedih hati pun berenang meninggalkan Ulu ke sisi kolam yang lain. Ulu pun kembali melompat-lompat di sekitar kolam dan kembali bersenandung.

Saat Ulu tiba di bawah pohon, ia melihat Burung sedang bertengger di dahan pohon dan membersihkan bulunya. Ulu mengira Burung juga sama seperti Semut dan Ikan yang tidak dapat menikmati hujan.

“Hai Burung, kenapa kau tidak mau keluar dan menikmati hujan? Apakah kamu takut bulumu basah? Atau apakah kamu takut tenggelam ke dalam kolam seperti Semut? Ataukah memang kamu tidak bisa menikmati indahnya hujan seperti Ikan?” Setelah berkata demikian, Ulu tertawa kencang-kencang.

Burung menatap ke arah Ulu yang masih tertawa,” Hai Ulu, apakah kau bisa naik kemari?” Ulu kebingungan.

“Apa maksudmu Burung?”

“Apakah kau bisa memanjat naik kemari, Ulu?”

“Apa yang kau maksud Burung? Tentu saja aku tidak bisa!” Ulu cemberut dan menatap ke arah dua kakinya. Ulu menyesal punya kaki yang pendek sehingga tidak bisa terbang.

“Ulu, tidakkah kamu tahu bahwa Sang Pencipta membuat kita dengan keunikan yang berbeda-beda? Aku tidak bisa berenang sepertimu dan Ikan, tetapi aku bisa terbang mengitari angkasa.

Burung kembali berkata dengan bijak, “Itulah yang kumaksud Ulu, kita masing-masing memiliki kelebihan sendiri. Semut tidak bisa berenang sepertimu, tetapi ia bisa menyusup ke tempat-tempat kecil yang tidak dapat kau lewati. Ikan tidak dapat melompat-lompat sepertimu, tetapi ia bernapas di bawah air. Kamu tidak seharusnya menghina mereka!”

Ulu mulai menyadari bahwa tindakannya salah. Diam-diam Ulu berpikir bahwa tindakannya itu tidak benar. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina teman-temannya.

“Maafkan aku, Burung.” ucap Ulu seraya menatap sendu ke arah Semut dan Ikan yang sejak tadi memperhatikan pembicaraan mereka.

“Maafkan aku Semut, Ikan, selama ini aku telah menyinggung perasaanmu.”

Sejak saat itu, Ulu mulai menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya kembali.

Pesan moral: Setiap makhluk telah diciptakan Tuhan dengan sedemikian rupa. Sebagai hamba yang baik, sebaiknya kita saling menjaga perasaan orang lain dengan menggunakan tutur kata yang baik.

5. Fabel Monyet dan Kura-kura

(Foto: channel youtube/Riri Cerita Anak Interaktif)

Suatu hari, Monyet dan Kura-kura sedang bermain di tengah hutan. Tiba-tiba, mereka menemukan beberapa biji pisang di tanah. Si Kura-kura lalu punya ide. “Monyet, mari kita tanam biji-biji pisang ini di kebun kita. Kelak jika pisang ini sudah tumbuh dan besar, kita dapat memanen dan memakannya.” 

“Baiklah,” jawab si Monyet.

Mereka lalu memungut biji-biji pisang itu dan membawanya ke kebun masing-masing. Kura-kura menanam pisang dan merawat kebunnya dengan rajin. Ia selalu menyiram dan menjaga kebun pisangnya. Sementara, Monyet tidak terlalu memedulikan kebun pisang yang ditanamnya. Sering Monyet lupa menyiram pohon pisangnya, sehingga banyak yang layu dan tidak tumbuh.

Suatu hari, Monyet bertemu dengan Kura-kura. Kura-kura bertanya pada Monyet perihal kebun pisang si Monyet. Si Monyet dengan bangganya bercerita kalau kebun pisangnya telah tumbuh subur dan berbuah lebat. Ia berbohong pada Kura-kura. Si Kura-kura pun percaya pada Monyet.

“Bagaimana dengan kebun pisangmu?” tanya Monyet.

“Kebun pisangku juga sudah berbuah, namun aku tidak bisa mengambilnya karena tidak bisa memanjat,” jawab Kura-kura.

“Jangan khawatir, Kura-kura, aku akan membantumu. Aku akan memanjat pohon pisangmu dan menjatuhkan pisang-pisangnya ke bawah,” kata Monyet.

Kura-kura setuju. Mereka lalu pergi ke kebun Kura-kura. Betapa tergiurnya si Monyet saat melihat buah pisang yang telah ranum dan besar-besar. Ia pun berniat licik.

“Baiklah, kau tunggu disini dan aku akan memanjat pohon pisang ini,” kata Monyet.

Monyet pun memanjat pohon pisang. Namun saat ia berada di atas, bukannya melempar pisang ke bawah sesuai perkataannya, tapi malah memakan buah pisang milik Kura-kura. Ia bahkan tidak menjatuhkan satu pisang pun.

“Monyet, apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak menjatuhkan buah pisang itu untukku dan malah memakannya sendiri?” tanya Kura-kura kesal dan kecewa.

Mendengar itu, si Monyet malah tertawa. Ia menghabiskan semua pisang yang ada disana. Namun, karena terlalu kekenyangan, Monyet tidak sanggup lagi turun ke bawah. Kakinya tergelincir dan ia pun terjatuh keras ke tanah. Kakinya luka sehingga tidak bisa berjalan.

Melihat kondisi tersebut, Kura-kura jadi kasihan. Ia merawat Monyer hingga sembuh seperti sedia kala. Monyet merasa malu kepada Kura-kura. Monyet pun minta maaf dan berjanji akan menebus semua kesalahannya.

Pesan moral : Gunakan kecerdasanmu dengan tidak menipu orang lain. Apa yang ditanam itu juga yang akan dituai.

6. Si Kancil dan Buaya

(Foto: channel youtube/Riri Cerita Anak Interaktif)

Cerita si kancil dan buaya termasuk dalam contoh fabel singkat serta sangat populer di Indonesia. Karena cerita ini mengisahkan tentang seekor kancil yang ingin menyeberang sungai tetapi terhalang oleh seekor buaya yang sedang menerkam makanannya di tengah sungai.

Namun, Kancil yang cerdik kemudian berusaha menipu buaya agar bisa menyeberangi sungai tersebut dengan mengatakan bahwa ia akan memberikan makanan pada buaya dan berkata bahwa makanan tersebut sebaiknya disimpan di dasar sungai agar tidak rusak.

Setelah buaya turun ke dasar sungai untuk menyimpanan makanan, tanpa membuang waktu si kancil dengan cepat menyeberangi sungai dan sampai ke seberang sungai.

Ketika itu juga, buaya menyadari bahwa ia telah ditipu, ia marah dan mengejar kancil tapi kancil berhasil kabur menjauhinya.

Pesan moral yang dapat diambil dari cerita fabel ini ialah bahwa kecerdikan dan kebijaksanaan dapat mengalahkan kekuatan fisik.

 Karena kancil yang cerdik berhasil menghindari bahaya dengan memanfaatkan kelemahan musuhnya dan menggunakan kecerdikannya untuk menyelesaikan masalah. Cerita ini juga mengajarkan kita untuk selalu waspada dan berpikir dua kali sebelum bertindak.

Cerita fabel seperti "Si Kancil dan Buaya" memiliki nilai edukatif yang tinggi karena mampu mengajarkan nilai-nilai moral dan etika secara menyenangkan.

Selain itu, contoh fabel singkat ini juga mampu merangsang imajinasi dan kreativitas pembaca sehingga dapat meningkatkan daya kritis dan kemampuan berpikir logis.

 Oleh karena itu, cerita fabel sangat penting untuk disajikan sebagai bahan bacaan di sekolah-sekolah dan dapat membantu membentuk karakter yang baik pada generasi muda.

7. Si Kura-kura dan Kelinci

(Foto: channel youtube/Riri Cerita Anak Interaktif)

Cerita fiksi yang merupakan contoh fabel adalah si kura-kura dan kelinci. Di mana cerita ini berasal dari sebuah cerita rakyat Aesop terkenal dan populer di seluruh dunia.

Dalam cerita ini, Si Kelinci yang sombong dan percaya diri menantang Si Kura-kura untuk sebuah perlombaan.

Si Kelinci yang cepat dan lincah berlari dengan cepat dan meremehkan Si Kura-kura yang lambat dan canggung. Namun, ketika Si Kelinci terlalu percaya diri dan berhenti sejenak dan tertidur di bawah pohon.

Saat si kelinci tertidur terlelap, Kura-kura berhasil mengejar dan sudah mendekat garis finish. Ketika itu juga, kelinci terbangun dan ingin menghampiri kura-kura. Namun, kelinci tidak dapat mengejar dan akhirnya si kura-kura lah pemenangnya.

Pesan moral yang terkandung dalam cerita ini adalah bahwa kerendahan hati dan ketekunan dapat mengalahkan kecerdasan dan kecepatan.

Si Kura-kura yang lambat tetapi tekun dan gigih berhasil mengalahkan Si Kelinci yang sombong dan percaya diri. Bukan hanya Cerita ini mengajarkan kita untuk tidak meremehkan orang lain dan selalu memperlihatkan sikap rendah hati dalam menjalani kehidupan.

Bahkan cerita ini sering digunakan sebagai bahan bacaan di sekolah-sekolah dan sering disajikan dalam berbagai bentuk seperti buku anak-anak, kartun, dan film.

Dengan pesan moral yang mudah dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, cerita ini sangat bermanfaat untuk membentuk karakter yang baik pada generasi muda.

8. Semut dan Belalang

(Foto: dailymotion.com)

Cerita fiksi yang merupakan contoh fabel adalah cerita tentang "semut dan belalang" Cerita ini menceritakan tentang seorang belalang yang hanya bernyanyi dan menikmati musim panas tanpa bekerja, sementara semut mengumpulkan makanan untuk disimpan selama musim dingin.

Ketika musim dingin tiba, belalang itu tidak memiliki makanan untuk dimakan, sementara semut telah menyimpan persediaan makanan yang cukup untuk bertahan selama musim dingin.

Belalang kemudian meminta bantuan pada semut, tetapi semut menolak dan mengatakan bahwa belalang harus belajar bekerja dan mengumpulkan makanan di masa depan.

Untuk pesan moral dari cerita ini adalah pentingnya bekerja keras dan menabung untuk masa depan, serta pentingnya menghargai waktu dan usaha orang lain.

Cerita ini menjadi contoh fabel karena menggunakan hewan sebagai tokoh utama yang berbicara dan berperilaku seperti manusia, serta menyampaikan pesan moral yang penting.

9. Si Tikus dan Si Gajah

(Foto: channel youtube.com/Nisfi Anisah)

Si Tikus dan Si Gajah adalah salah satu cerita fabel pendek yang terkenal dan sering dibacakan pada anak-anak. Cerita ini mengisahkan tentang seekor tikus yang memutuskan tali belati yang melingkari tubuh gajah ketika gajah sedang tertidur. Meskipun terlihat sederhana, cerita ini memiliki pesan moral yang penting.

Dalam cerita ini, si Tikus adalah tokoh utama yang dianggap lemah dan tidak berdaya. Namun, ketika si Tikus berhasil memutuskan tali belati yang melingkari tubuh gajah, ia menunjukkan bahwa bahkan makhluk yang kecil dapat berpengaruh besar.

Si Tikus menggunakan kecerdikan dan keberanian untuk mencapai tujuannya, yang akhirnya membantu gajah terbebas dari belati tersebut.

Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa ukuran dan kekuatan fisik bukanlah segalanya. Bahkan makhluk yang kecil dan lemah dapat memiliki pengaruh besar jika menggunakan kecerdikan dan strategi yang tepat. Kita tidak boleh meremehkan orang lain hanya karena ukuran atau kekuatan fisiknya.

Bahkan, cerita ini juga mengajarkan kita tentang kebaikan hati. Meskipun si Tikus makluk lemah dan dianggap tidak berdaya, ia memutuskan untuk membantu gajah karena ia tahu bahwa gajah membutuhkan bantuan.

Maka, kita harus selalu membantu orang lain. Walaupun jika kita tidak berdaya atau tidak memiliki kekuatan yang besar. Selain itu, cerita ini juga mengajarkan kita tentang arti persahabatan.

Meskipun si Tikus dan si Gajah berbeda ukuran dan kekuatan, mereka tetap menjadi teman. Karena persahabatan yang baik didasarkan pada saling menghormati dan saling membantu satu sama lain.

Secara keseluruhan, cerita Si Tikus dan Si Gajah adalah cerita yang mengajarkan nilai-nilai moral penting seperti kecerdikan, kebaikan hati, persahabatan, dan penghargaan terhadap perbedaan.

Oleh karena itu, cerita ini cocok dibacakan pada anak-anak agar mereka dapat memahami pentingnya nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Musang dan Si Kera adalah salah satu cerita fabel yang sering dijadikan bahan bacaan untuk anak-anak.

10. Musang dan Si Kera

(Foto: channel youtube/Riri Cerita Anak Interaktif)

Salah satu contoh fabel pendek yaitu musang dan si kera. Cerita ini mengisahkan tentang musang dan kera yang bersaing dalam sebuah perlombaan. Di mana musang yang dianggap sebagai hewan pintar dan cerdik merasa yakin bahwa ia pasti akan menang dalam perlombaan tersebut.

Namun, karena rasa percaya diri yang berlebihan. Musang terlalu sombong dan tidak memperhatikan peraturan perlombaan, yakni harus melewati garis finish terlebih dahulu.

Sementara itu, Si Kera yang terlihat bodoh dan lamban ternyata memiliki sifat yang rajin dan tekun. Meskipun dia tidak memiliki kecepatan seperti Musang, tetapi dia selalu berusaha dan tidak pernah menyerah.

Karena itu, Si Kera berhasil melewati garis finish terlebih dahulu dan memenangkan perlombaan. Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa kecerdikan tidak selalu menjamin kemenangan. Terkadang, sifat rajin dan tekun jauh lebih penting daripada kecerdikan. Kita harus selalu bekerja keras dan tidak sombong, karena rasa kelebihan diri dapat membuat kita gagal dalam mencapai tujuan.

Selain itu, cerita ini juga mengajarkan tentang arti persaingan yang sehat. Persaingan yang sehat dilakukan dengan fair dan sportif, sesuai dengan aturan yang berlaku. Kita harus selalu menghargai peraturan yang ada, dan tidak mencari cara-cara curang untuk memenangkan persaingan.

Kemudian, cerita ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai kelebihan dan kekurangan orang lain. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kita harus menghargai perbedaan tersebut dan tidak meremehkan orang lain hanya karena mereka memiliki kekurangan tertentu.

Secara keseluruhan, cerita Musang dan Si Kera adalah cerita yang mengajarkan nilai-nilai moral penting seperti kerja keras, persaingan yang sehat, tidak sombong, dan menghargai perbedaan.

11.  Anjing dan Anjing Kecil

Pada suatu hari yang cerah, seekor anjing besar sedang berjalan-jalan di taman. Dia sangat kuat dan berani, dan sering membuat orang-orang takut. Namun, di balik keberaniannya, anjing itu merasa kesepian.

Suatu hari, dia bertemu dengan anjing kecil yang lucu. Anjing kecil itu tidak sekuat dan seseram anjing besar, tetapi dia sangat ramah dan penuh semangat.

Anjing besar mendekati anjing kecil dan berkata, "Kenapa kamu selalu tersenyum dan begitu ceria? Kamu tidak takut pada siapapun."

Anjing kecil menjawab, "Saya percaya bahwa kebaikan dan keceriaan dapat menaklukkan ketakutan dan kesepian. Meskipun saya kecil, saya selalu berusaha membantu dan menyenangkan orang lain."

Anjing besar merenungkan perkataan anjing kecil itu. Dia menyadari bahwa meskipun dia kuat dan menakutkan, dia masih merasa kesepian karena sikapnya yang tidak ramah.

Sejak hari itu, anjing besar belajar dari anjing kecil. Dia mulai bersikap lebih ramah terhadap orang lain dan berbagi kebaikan dengan mereka. Perlahan, anjing besar tidak lagi merasa kesepian, karena dia memiliki banyak teman dan perasaan bahagia.

Moral cerita: Kebaikan dan sikap ramah bisa membawa kebahagiaan dalam hidup kita dan membantu kita mengatasi rasa kesepian. Ukuran atau kekuatan fisik bukanlah penentu utama, tetapi sikap dan perbuatan kita yang lebih berarti.

12. Rubah dan Gagak

(Foto: sutterstock.com)

Dalam sebuah hutan yang indah, hiduplah seekor rubah yang cerdik dan seekor gagak yang pandai bicara. Mereka sering bertemu di pohon besar yang menjadi tempat favorit mereka.

Suatu hari, rubah mencoba memuji bulu hitam yang indah milik gagak. "Wah, bulumu begitu cantik dan mengkilap. Pasti kamu bangga memiliki bulu seindah itu," kata rubah.

Namun, gagak yang sombong menjawab, "Ya, memang benar. Buluku adalah yang terbaik di hutan ini. Tidak ada yang bisa menandinginya."

Mendengar kesombongan gagak, rubah merasa tergoda untuk mengajari gagak sebuah pelajaran. "Apakah kamu ingin tahu bagaimana aku bisa memecahkan teka-teki yang sulit?" tanya rubah dengan penuh trik.

Gagak yang ingin memamerkan kecerdasannya dengan buru-buru menjawab, "Tentu saja! Aku bisa memecahkan apapun dengan mudah."

Rubah tersenyum dan berkata, "Baiklah, lihatlah batu besar ini. Jika kamu bisa menjawab teka-teki yang aku berikan dengan benar, aku akan mengakui kecerdasanmu yang luar biasa."

Gagak menganggapnya sebagai sebuah tantangan. Dia bersiap untuk menjawab dengan percaya diri.

Rubah mulai bertanya, "Aku punya pertanyaan untukmu. Berapa banyak bulu putih yang kamu punya di tubuhmu?"

Gagak terkejut mendengar pertanyaan itu. Dia menyadari bahwa dia tidak bisa menjawab karena semua bulu yang dia miliki adalah bulu hitam. Gagak itu terdiam dan merasa malu.

Rubah melihat kebingungan dan kesalahan gagak itu. Dia berkata, "Moral dari cerita ini adalah jangan pernah meremehkan orang lain atau membesar-besarkan kemampuan diri sendiri. Kesombongan hanya akan membawa malu dan kerugian."

Gagak yang cerdik menyadari kesalahannya. Dia belajar untuk menjadi lebih rendah hati dan menghargai kelebihan orang lain tanpa meremehkan mereka.

Moral cerita: Kesombongan dan meremehkan orang lain hanya akan membawa malu dan kerugian. Kita harus belajar untuk rendah hati dan menghargai kelebihan orang lain tanpa meremehkan mereka.

Demikianlah contoh - contoh dari fabel beserta pesan moralnya. Semoga bermanfaat.


Tag :