Bangun Pendidikan - SEJARAH (14-09-2023)
Masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-5 tidak bisa dilepaskan dari sejarah perdagangan dan pelayaran antar benua yang berlangsung pada masa itu. Tokoh yang berpendapat bahwa Islam di Indonesia berasal dari Persia adalah tokoh-tokoh yang berasal dari beberapa teori yang menjelaskan tentang saluran dan media dalam proses Islamisasi yang berserta relasi antar kerajaan-kerajaan nusantara dengan Islam.
Sejarah awal masuknya Islam ke Nusantara begitu kompleks, sehingga memunculkan banyak teori. Sejumlah teori itu memuat penjelasan dari mana Islam masuk ke Indonesia. Berbagai teori pun berkembang dengan disertai bukti dan fakta pendukung.
Lantas, tahukah kamu tokoh yang berpendapat bahwa Islam di Indonesia berasal dari Persia adalah? Pada artikel ini akan dijelaskan tentang teori-teori masuknya Islam ke Indonesia beserta dengan tokoh-tokohnya. So, simak ulasannya di bawah ini ya.
Dikutip dari Modul Sejarah Indonesia Kelas X, teori-teori masuknya Islam di Indonesia terdiri dari 6 teori, yaitu sebagai berikut:
1. Teori Gujarat
Teori ini didukung oleh para ilmuwan Belanda seperti Pijnappel dan Moqette yang mengatakan bahwa yang membawa agama Islam ke Indonesia adalah orang-orang Arab yang sudah lama tinggal di Gujarat (India). Menurut ilmuwan tersebut, Islam masuk ke Indonesia sejak awal abad ke-13 M bersama dengan hubungan dagang yang terjalin antara masyarakat nusantara dengan para pedagang Gujarat yang datang dengan jalur Indonesia-Cambay-Timur-Tengah-Eropa.
Teori masuknya Islam ke Indonesia yang diusulkan oleh Hurgronje dan Pijnapel ini didukung oleh sejumlah bukti:
Meskipun teori ini didukung oleh bukti-bukti tersebut, namun terdapat beberapa kelemahan. Kelemahan teori Gujarat ini dapat ditemukan pada dua aspek:
2. Teori Persia
Tokoh yang berpendapat bahwa Islam di Indonesia berasal dari Persia adalah Umar Husein dan Hoesein Djajadiningrat. Keduanya menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad 7 M (kaum Syiah).
Teori ini didukung oleh sejumlah bukti pembenaran, antara lain:
Tokoh yang berpendapat bahwa Islam di Indonesia berasal dari Persia adalah Umar Husein dan Hoesein Djajadiningrat . Dengan sejumlah bukti pendukung yang ada, teori ini pernah diterima oleh beberapa ahli sejarah sebagai teori yang paling benar mengenai masuknya Islam di Indonesia. Namun, setelah diteliti lebih lanjut, teori ini juga memiliki kelemahan. Jika kita beranggapan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7, pada saat yang sama, kekuasaan Islam di Timur Tengah masih dipegang oleh Khalifah Umayyah yang berpusat di Damaskus, Baghdad, Mekkah, dan Madinah. Oleh karena itu, sulit dipercaya bahwa ulama Persia dapat mendukung penyebaran Islam secara besar-besaran ke Nusantara pada periode tersebut.
3. Teori Makkah
Teori Arab atau Teori Makkah menyatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke-7 Masehi. Islam diperkenalkan oleh para musafir Arab (Mesir) yang memiliki tekad untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Beberapa tokoh yang mendukung teori ini antara lain Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, Buya Hamka, Naquib al-Attas, Keyzer, M. Yunus Jamil, dan Crawfurd.
Teori masuknya Islam di Indonesia ini didukung oleh beberapa bukti utama, yaitu:
Para ahli yang mendukung teori ini berpendapat bahwa kekuasaan politik Islam telah ada pada abad ke-13, sehingga Islam masuk ke Indonesia jauh sebelum itu, yaitu pada abad ke-7, dengan peran penting yang dimainkan oleh bangsa Arab sendiri dalam proses penyebarannya.
Hingga saat ini, teori Arab dianggap sebagai teori yang paling kuat dalam menjelaskan masuknya Islam ke Indonesia. Kelemahannya terletak pada kurangnya fakta dan bukti yang mendukung peran Bangsa Arab dalam proses penyebaran Islam di Indonesia.
4. Teori India
Teori ini diajukan oleh Thomas W. Arnold dan Orrison. Menurut teori ini, Islam tiba di Indonesia melalui jalur Coromandel dan Malabar di India. Dasar dari teori ini adalah ketidakmungkinan Gujarat sebagai sumber penyebaran Islam pada saat itu. Alasannya, Gujarat belum menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan wilayah Timur Tengah dengan Nusantara. Pendapat bahwa Gujarat adalah tempat asal Islam di Nusantara memiliki beberapa kelemahan yang diidentifikasi oleh Marrison. Ia berpendapat bahwa meskipun batu nisan yang ditemukan di beberapa lokasi di Nusantara mungkin berasal dari Gujarat atau Bengal, hal ini tidak berarti bahwa Islam juga datang dari tempat di mana batu nisan tersebut diproduksi.
Marrison menolak teori Gujarat ini dengan merujuk pada kenyataan bahwa pada masa Islamisasi Samudera Pasai, yang raja pertamanya meninggal pada tahun 1297 Masehi, Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu. Baru satu tahun kemudian, yaitu pada tahun 699/1298, Cambay, Gujarat, jatuh ke tangan penguasa Muslim. Jika Gujarat benar-benar menjadi pusat Islam di mana para penyebar Islam datang ke Nusantara, maka Islam harus sudah mapan dan berkembang di Gujarat sebelum kematian Malik al-Saleh, yaitu sebelum tahun 698/1297. Marrison juga mencatat bahwa meskipun pasukan Muslim menyerang Gujarat beberapa kali, raja Hindu di sana berhasil mempertahankan kekuasaannya hingga tahun 698/1297.
Mengingat semua faktor ini, Marrison menyampaikan pendapatnya bahwa Islam di Nusantara bukan berasal dari Gujarat, tetapi dibawa oleh para penyebar Islam dari pantai Coromandel pada akhir abad ke-13.
5. Teori Bangladesh
Teori Bangladesh, juga dikenal sebagai Teori Benggali. Teori ini dikemukakan oleh S. Q. Fatimi. Teori ini mengklaim bahwa Islam tiba di Nusantara berasal dari Benggali. Teori ini didasarkan pada argumen bahwa beberapa tokoh terkemuka di Pasai memiliki keturunan Benggali. Menurut beberapa pandangan yang berdasarkan Teori Benggali ini, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-11 Masehi.
S. Q. Fatimi berpendapat bahwa mengaitkan semua batu nisan yang ditemukan di Pasai, termasuk batu nisan Maulana Malik al-Saleh, dengan Gujarat adalah kesalahan. Menurut penelitiannya, bentuk dan gaya batu nisan Malik al-Saleh berbeda secara signifikan dengan batu nisan yang ditemukan di Gujarat dan batu nisan lain yang ditemukan di Nusantara. Fatimi berargumen bahwa bentuk dan gaya batu nisan tersebut lebih mirip dengan batu nisan yang ditemukan di Bengal. Oleh karena itu, ia meyakini bahwa seluruh batu nisan tersebut hampir pasti berasal dari Bengal. Dalam konteks data artefak ini, Fatimi juga mengkritik para ahli yang mengabaikan batu nisan Siti Fatimah yang berdate 475/1082 yang ditemukan di Leran, Jawa Timur.
Tokoh yang berpendapat bahwa Islam di Indonesia berasal dari Persia adalah adalah Umar Husein dan Hoesein Djajadiningrat . Sama halnya dengan teori Persia, teori bahwa Islam di Nusantara berasal dari Bengal juga dapat dipertanyakan lebih lanjut, terutama dalam konteks perbedaan dalam mazhab yang dianut oleh umat Islam di Nusantara (Syafi'i) dan mazhab yang dianut oleh umat Muslim di Bengal (Hanafi).
6. Teori Cina
Teori China yang dikemukakan oleh Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia karena dibawa oleh perantau Muslim asal China yang datang ke Nusantara.
Teori ini didasarkan pada sejumlah bukti, yaitu:
Ini adalah teori yang mengusulkan bahwa Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui perantau Muslim asal China dan memiliki sejumlah bukti yang mendukungnya.
Pada dasarnya teori-teori tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori tersebut. Tokoh yang berpendapat bahwa Islam di Indonesia berasal dari Persia adalah belum memiliki kepastian. Azyumardi Azra mengatakan bahwa sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam kompleksitas, artinya tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu yang bersamaan.